Pelajaran dari Bangsa Yahudi

Kajian kali ini akan membahas tentang Tema Pelajaran dari Bangsa Yahudi. Kenapa tema kajian kali ini tentang Belajar dari Yahudi? bukan semata-mata karena orang Yahudi pintar, dan bukan berarti orang Yahudi kita jadikan sebagai panutan, namun kita lihat lebih kepada sunnatullah. Bagaimana sebuah kebathilan, ketika di manage dengan baik maka kebathilan itu secara sunnatullah akan bisa menjadi besar, kuat, berkuasa dan bisa melakukan apa saja. Dan sebaliknya lawan dari kebathilan yaitu al-hak/kebenaran yaitu kaum muslimin dengan segala akhidah yang kita yakini kebenarannya, sebenar apapun akhidah itu jika tidak di manage, tidak diatur, tidak dipersiapkan, tidak dijaga bahkan sebesar apa pun jumlah kaum muslimin, maka akan menjadi sangat lemah.

[spoiler effect=”slide” show=”Video Paham Zionisme dan Israel” hide=”Tutup Video”]
[/spoiler]

PENDAHULUAN
Dari hal inilah kita akan coba kupas/bercermin, bagaimana orang Yahudi yang jumlahnya sekitar 15 juta di seluruh dunia, ternyata mereka bisa me-manage umat/bangsa mereka yang sangat mereka banggakan dengan julukan-nya sebagai bangsa yang terpilih oleh Allah, yang mana mereka bisa menguasai berjuta-juta umat Islam. Sekedar data awal (tahun 2010), kaum Yahudi yang berkedudukan di Palestina sekarang dengan negara-nya yang bernama Israel ternyata jumlahnya tidaklah banyak, hanya sekitar 5 juta jiwa, selebihnya sekitar 5 juta jiwa kaum Yahudi berkedudukan di Amerika Serikat. Sebagai kelompok yang minoritas sebenarnya jumlah mereka sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan total penduduk Amerika Serikat yang berjumlah 308 juta jiwa (kaum Yahudi hanya 1,6% dari penduduk AS). Umat Islam di AS berjumlah sekita 3 juta jiwa (1% dari penduduk AS). Dimana antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim di AS sama-sama minoritas. Namun jika penduduk muslim di AS sangat tertindas maka kaum Yahudi di AS sangat berkuasa. Apa yang bisa membuat keduanya bisa berbeda, hal ini lah yang akan kita bahas pada kajian kali ini.

Sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, sampai sekarang mereka bisa melakukan berbagai aksi yang semuanya hanya bisa terdiam dan tidak bertindak apa pun, terkecuali sedikit sekali relawan yang menolak aksi tersebut. Seharusnya bukan hanya relawan saja, namun sebuah negara yang sah bisa melakukan penolakan, kecaman dan mengutuk atas tindakan Israel tersebut.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa bisa kaum Yahudi dengan negara Israel-nya melakukan perbuatan senista itu sejak tahun 1948 sampai dengan hari ini di tengah mata/tontonan masyarakat dunia, baik muslim maupun non muslim, sedangkan penduduk dunia hanya terdiam ?
Jawabannya sederhana yaitu sebelum mereka (kaum Yahudi) mendirikan negara Israel, mereka sudah memiliki persiapan yang sangat panjang untuk membungkam kekuatan dunia yang ada. Bahkan kekuatan dunia yang paling kuat-pun bisa saja dibawah pengaruh dan bergantung pada kekuatan Yahudi.

Berikut sejarah kisahnya :
Awalnya dulu kaum Yahudi hidup di tengah-tengah msyarakat muslim, sebab dalam Islam para ahli kitab sangat dimuliakan. Dimana dalam hukum-hukum Islam memuliakan para ahli kitab ( yaitu Yahudi dan Nasrani). Contohnya dalam QS Al Maidah ayat ke 5 yang artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” Dimana dalam ayat tersebut diperbolehkan untuk memakan sesembelihan dan menikahi wanita dari orang ahli kitab. Ketika bangsa Romawi mengalahkan bangsa Persia (di dalam QS Ar Rum) disebutkan bahwa Rasulullah dan para sahabat ikut bergembira atas kemenangan bangsa Romawi tersebut. Dengan demikian maka terdapat kedekatan antara kaum Muslim dengan Yahuni maupun Nasrani, daripada hubungan kaum Muslim dengan Musrikin (kaum Majusi, Hindu, Budha dll). Hal ini disebabkan karena kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani masih dalam satu rumpun di bawah Nabi Ibrahim as yang kemudian membawa ajaran agama Samawi.

Silsilah Nabi

Kaum Yahudi dahulu pernah berkedudukan sebentar di Palestina, namun sebenarnya mereka adalah asli penduduk Babilonia (Iraq). Nabi Ibrahim as bukan orang Palestina namun orang Babilonia. Ibrahim as mengembara di Palestina dan menikah dnegan Sarah, kemudian dari istri-nya tersebut tidak dikaruniai anak dan menikah lagi dengan Hajar. Dari istri yang ke-2 ini lah Ibrahim as mempunyai anak yang bernama Ismail, dan terlahir di Palestina. Ismail kemudian dibawa Ibrahim ke Mekkah yang kemudian ditinggal disana hanya dengan ibunya, sedangkan Ibrahim as sendiri kembali lagi ke Palestina. Ismail inilah yang nantinya dalam sislsilah akan lahir Nabi Muhammad saw. Adiknya Ismail yang bernama Ishaq lahir beberapa tahun kemudian dari istri pertama Ibrahim as. Ishaq mempunyai anak yang bernama Ya’qub dan Ya’qub inilah yang memiliki gelar Israel. Ya’qub memiliki 12 anak yang salah satunya bernama Yusuf dimana ke-12 anak Ya’qub inilah uang disebut dengan Bani Israel/Bani Ya’qub. Jadi sebenarnya orang Israel juga para Nabi.

Sehingga jika mengutuk Yahudi bukan lah darah/ras-nya, sebab para nabi banyak yang dari ras yahudi juga. Bahkan istri Rasulullah saw pun diataranya adalah seorang Yahudi. Jadi yang dicaci maki bukanlah darah/ras-nya namun kelakuan dan karakteristik orang-orangnya. Di jaman nabi Yusuf as, Yahudi sudah tidak ada di Palestina karena mereka hijrah ke Mesir. Seiring berjalannya waktu, penduduk Mesir tidak terlalu suka dengan kaum Yahudi karena beberapa diantara mereka berkelakuan culas, bahkan para nabi dibunuh juga oleh kaum Yahudi. Lama-kelamaan kaum Yahudi menjadi para budak di Mesir. Konon yang membangun Piramid di Mesir insinyurnya adalah orang Mesir sedangkan budaknya adalah kaum Yahudi. Dimana-mana orang Yahudi selalu dimusuhi oleh setiap bangsa termasuk juga di Mesir. Baru kemudian pada masa Nabi Musa as kaum Yahudi tersebut di bebaskan. Bahkan Nabi Musa as juga bangsa Yahudi (terlahir dari Ibu dan ayah-nya juga Yahudi). Namun Nabi Musa bukanlah kelompok Yahudi yang tengik/culas namun adalah Nabi yang Muslim dengan gelarnya as.

Orang-orang Yahudi di masa kejayaan Islam selama 14 abad (baik dimasa dinasti Abasiah atau dinasti sebelumnya, dinasti Bani Umaiyyah termasuk dinasti terakhir) yang terdapat di turki, kaum Yahudi tersebut hidup dibawah perlindungan umat Islam. Di peradaban selain Islam, para kaum Yahuni ini di kejar-kejar. Termasuk dulu umat Islam selama 800tahun pernah menguasai Spanyol, ketika Spanyol di habisi oleh kaum Nasrani maka kaum Yahudi-pun ikut diusir dari Spanyol. Kemudian umat Islam memiliki ibu kota yang baru di pusat Eropa yang lebih besar yang bernama Konstantinopel (yang waktu itu dibebaskan oleh Sultan Muhammad Al Fatih pada tahun 1453). Konstantinopel kemudian berganti nama menjadi Istambul yang menjadi pusat khilafah Usmani. Di Istambul inilah kemudian kaum Yahudi hijrah dan meminta perlindungan umat Islam. Maka jika terdapat hadist yang bunyinya “tidak akan terjadi hari kiamat kecuali umat Islam bisa mengalahkan yahudi, mengeja-ngejar Yahudi ….” maka jika para sahabat mendengar hadist tersebut menjadi bingung. Bukannya dimasa para sahabat kaum Yahudi sangatlah sedikit dan hidup dibawah perlindungan kaum Muslim. Namun setelah negara Israel berdiri di tahun 1948, umat Islam baru menyadari bahwa kaum Yahudi yang mulanya adalah kaum yang kecil akan menjadi bangsa yang besar dan mempunyai kekuasaan di dunia pada kehidupan di akhir jaman. Namun kemudian Rasulullah saw berkata “Bahwa kaum Muslimin akan mengalahkan kaum Yahudi” (Dimana Rasulullah saw tidak menjelaskan secara detail bagaimana proses-nya sehingga Yahudi menjadi kaum/bangsa yang sangat besar dan berkuasa).

Bahasa Ibrani sebagai bahasa utama
Jika dulu pada waktu perang Salib bangsa Nasrani bisa mengumpulkan para raja-raja besar di Eropa dengan mengusung satu isu utama untuk menguasai masjid Al Aqsa (pada waktu masa perang salib), maka demikian juga halnya dengan Yahudi. Meskipun jumlah mereka hanya 15 juta jiwa saja, namun mereka sebenarnya tersebar di banyak negara (termasuk di Indonesia, Singapore dll). Dimana 15juta kaum Yahudi mempunyai kekompakan, salah satunya adalah bicara dengan bahasa yang sama yaitu bahasa Ibrani. Terlihat sepele namun sangatlah penting, dimana setiap bayi yang lahir dari seorang ibu Yahudi maka kedua orang tuanya mempunyai tanggung jawab moral dan harus memastikan bahwa anaknya kelak bisa berbahasa Ibrani. Karena dengan bahasa itulah nantinya yang bisa menyatukan mereka meskipun mereka berpencar di penjuru dunia.

Hal ini tentunya berbeda dengan umat Islam yang berjumlah total 1,5 Milyar di seluruh dunia. Bahasa Arab sudah tidak lagi menjadi bahasa utama kaum muslimin. Misalnya dinegara arab. Dimana di negara Arab sekarang tren-nya tidak suka bahasa arab namun lebih suka bahasa penjajah mereka. Negara Mesir, lebih suka berbahasa Perancis karena negara Mesir pernah dijajah oleh Perancis. Jika negara arab di jajah oleh Inggris maka penduduk-nya sekarang suka berbahasa Inggris. Sebenarnya para penjajah tersebut mempunyai sebuah misi lain, yang selama ini jarang diketahui yaitu merusak bahasa arab yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Dulu pada jaman Khilafah islamiyah umat Islam yang wilayah kekuasaannya terbentang luas bersatu dalam satu bahasa, yaitu bahasa Arab. Dimana penjajah mengubah bahasa arab menjadi bahasa ammiyah ((Contoh kosakata bahasa amiiyah klik disini)). Sedangkan negara jajahan yang tidak bebahasa arab, ketika penjajah masuk maka dalam kurikulum pendidikan tidak memasukkan bahasa arab sebagai salah satu bahasa yang di pelajari (Contohnya di negara kita).

Dengan demikian, maka bahasa mempunyai pengaruh yang sangat penting, dimana dengan bahasa ternyata bisa mempersatukan orang-orang Yahudi. Semenjak kecil orang-orang Yahudi sudah di wajibkan untuk bisa berbicara dalam bahasa Ibrani. Dalam kurikulum pendidikan di negara Israel, selain mengajarkan bahasa Ibrani juga diajarkan bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Menanamkan bahwasannya nanti negara Israel akan menjadi besar dan berkuasa

Israel Raya

Semenjak kecil orang-orang Yahudi ditanamkan bahwa kelak bangsa Yahudi akan menjadi negara yang besar dan berkuasa. Kisah tentang adanya sebuah negara Israel yang besar (lebih dari yg sekarang) ((Artikel tentang negara Israel Raya, bisa dibaca disini)) sudah ditanamkan sejak mereka masih kecil. Bahkan dalam lagu kebangsaan-nya yang berjudul HaTikvah yang artinya adalah harapan (The Hope) (( Lagu kebangsaan Israel)), dinyanyikan di setiap sekolah dan setiap perkantoran di Israel. Sehingga orang-orang Israel sudah mempunyai gambaran bahwa nantinya mereka akan memiliki negara yang besar daripada yang sekarang.

Menumbuhkan jiwa pemimpin sejak dini

Ketika memasuki jenjang SMP-SMA, mereka (orang Yahudi) lebih serius lagi mempersiapkan generasi-generasinya. Yaitu mereka sudah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin pada perusahaan-perusahaan multinasional, terutama di berbagai negara yang menganut sistem demokrasi (yang hakekat-nya adalah negara diatur oleh yang punya uang). Contohnya pada waktu Turki Usmani mengalami krisis ekonomi, banyak hutang dll. Kemudian datanglah kaum Yahudi kepada Sultan Abdul Hamid II (dijuluki The SickMan in Europe) dengan membawa begitu banyak emas yang sebelumnya sudah mereka kumpulkan. Maksud kedatangan kaum Yahudi tersebut adalah untuk meminta agar sang pemimpin/khalifah Turki Usmani waktu itu memberikan ijin kepada kaum Yahudi untuk tinggal di Palestina. Emas tersebut didapatkan dari orang-orang Yahudi yang sebelumnya telah dipersiapkan menjadi orang-orang kaya dengan menguasai perusahaan-perusahaan multinasional (perusahaan minyak bumi, gas alam, batubara dsb) baik yang terdapat di negeri Barat, Timur maupun di Timur Tengah.

Emas di dunia sekarang dikuasai oleh Yahudi, yang kemudian mengganti emas sebagai alat tukar tersebut dengan mata uang kertas. Pada awalnya negara-negara di dunia bertransaksi komoditas dengan menggunakan alat tukar dinar (emas) / dirham (perak). Ketika Yahudi berkuasa, mereka menguasai/memiliki emas sedangkan untuk masyarakat dunia diganti dengan uang kertas. Seolah-olah uang kertas tersebut adalah pengganti emas. Kemudian dicetaklah mata uang dollar yang percetakan uang-nya adalah perusahaan swasta milik Yahudi. Uang dollar tersebut dikatakan berharga oleh Yahudi karena seolah-olah orang yang memiliki uang dollar tersebut memiliki emas yang sesungguhnya. ((Artikel tentang Hijrah dari sistem ekonomi Yahudi dan Kejahatan Yahudi menjajah dunia melalui uang yang kita pakai)).

Karena emas dikuasai oleh yahudi, maka seluruh dunia bergantung pada bank dunia, IMF dan lembaga-lembaga moneter dunia, yang jika tidak diberikan insentif dollar maka perekonomian di negara tersebut tidak bisa jalan. Maka jika ada saudara kita di Palestina dibantai secara sadis maka masyarakat dunia hanya terdiam, termasuk juga negara-negara Arab yang juga tergantung pada dollar. Karena adanya ketergantungan negara-negara tersebut terhadap bantuan dana berupa mata uang dollar dari lembaga-lembaga perbankan dunia yang telah dikuasai oleh Yahudi.

Dari hal-hal tersebut ternyata kaum Yahudi tidak dengan serta-merta mendirikan negara Israel dengan tiba-tiba, ternyata mereka sebelumnya telah membungkam terlebih dahulu kekuatan dunia yang ada. Mereka sudah memiliki persiapan yang sangat matang dan sangat kuat, dan sebenarnya yang mereka lakukan adalah bagian dari sunnatullah. Seandainya kaum Muslimin melakukan apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi, bisa saja. Tapi ternyata yang melakukan hal demikian adalah bangsa Yahudi, bukan kaum muslimin. Bahkan untuk ‘unjuk gigi’-pun kaum Muslimin tidak bisa. Jika ada keinginan untuk melawan Israel dengan cara berperang, perlu diketahui bahwa Israel lah yang menguasai dan menciptakan mesin-mesin perang yang ada di dunia sekarang. Bagaimana mau berperang jika pasokan senjatanya harus kita dapatkan dari Yahudi.

Yang harus dilakukan oleh Kaum Muslimin

Maka yang harus kita lakukan adalah melaksanakan sunnatullah seperti halnya yang sudah dilakukan oleh bangsa Yahudi. Mereka bisa mendirikan pabrik senjata, industri pesawat terbang, perusahaan-perusahaan multinasional, maka kaum muslimin juga jangan kalah jika ingin mengahancurkan Yahudi yang hanya berpenduduk 15juta jiwa di seluruh dunia itu. Paling tidak kita bisa mempersiapkan generasi penerus kita dengan wawasan yang sudah bagus dan matang. Jadikanlah anak-anak kita seperti halnya Salahuddin yang ketika itu bisa mempersatukan seluruh umat Islam di seluruh dunia, bergabung untuk merebut/membebaskan kembali masjid Al Aqsa yang sebelumnya telah dikuasai oleh Eropa. Kita siapkan anak kita dalam hal bahasa, termasuk bahasa arab mulai kita ajarkan sejak dini. Jika beranjak dewasa, kita siapkan anak kita untuk menjadi pemimpin-pemimpin perusahaan (bukan hanya sekedar karyawan) multinasional. Paling tidak kita sebagai orang-tua memberikan motifasi, semangat dan arahan kepada anak-anak kita untuk kelak bisa menjadi orang yang besar seperti hal-nya kebesaran Salahuddin. Jika sekarang yang kita lakukan untuk melawan Yahudi adalah mungkin dengan demo, doa atau penggalangan dana. Namun beberapa tahun kedepan kita tidak bisa hanya dengan demo-doa-dana saja, namun haruslah lebih dari itu. Yaitu membuat sebuah kekuatan yang besar, yang dimiliki oleh umat Islam untuk bisa mengalahkan kebathilan yang dilakukan oleh kaum Yahudi.

Sumber: http://kajiankantor.com

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Related posts

Leave a Reply