Dihina Jangan Sedih, Dihormati Jangan Bangga

Seringkali manusia merasa risau jika orang lain tidak hormat kepadanya. Apalagi kalau orang lain menghinanya. Padahal, tak usah sedih jika orang lain tidak menghormati kita. Demikian juga sebaliknya, janganlah berbangga diri kalau orang lain menghormati kita.

Dinukil dari sebuah kisah, seorang Waliyullah (Wali Allah)  dengan  pakaian kumal datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Tak diduga, saudagar kaya itu merasa sebal dengan  penampilan sang Wali dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.

Beberapa hari kemudian, seorang Wali  Besar datang dengan  jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Saudagar kaya itu segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan mewah untuk Wali Besar tersebut. Lalu ia mengajak sang Wali  untuk menikmati makanannya.

Lantas, Wali tersebut menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapih dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Ia kemudian berkata,  “Kemarin aku datang dengan pakaian usang dan Anda mengusirku. Hari ini aku datang dengan  pakaian mewah dan Anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku,  tapi untuk jubah ini?”

Setelah berkata demikian Wali  tersebut berlalu, meninggalkan saudagar yang kaget. Lantas Wali  itu menyimpulkan, “Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku harus senang? Dan kalau ternyata bukan diriku, melainkan apa yang kupakai yang dihina, mengapa aku harus bersedih?”

Demikianlah, manusia  lebih sering menghormati yang melekat pada diri seseorang, seperti apa yang dipakai dimulai dari pakaian dan aksesoris atau kekayaan maupun jabatan bukan kepribadian  seseorang. Maka, jika kita dihormati orang lain, janganlah berbangga diri dan kalaupun jika kita tidak dihormati, janganlah kecewa dan bersedih diri. Sebab,  kita tetap sebuah harga. Siapapun yang merendahkan kita saat ini, jangan sampai membuat kita runtuh, bangkitlah dan tetaplah teguh.

Dikutip dari perkataan Imam Al-Ghazali, “Jangan resah andai ada yang membencimu, karena  masih ramai yang mencintaimu di dunia. Tetapi resah dan takutlah andai Allah membencimu, karena  tiada lagi yang mencintaimu di akhirat.”

Begituhalnya dengan perkataan Imam Hassan Al-Basri Rohimahullahu Taala,  “Tahukah kalian apa itu Tawadhu? Tawadhu itu adalah engkau keluar dari kediamanmu, lantas engkau bertemu seorang Muslim. Kemudian engkau merasa dia lebih mulia dari kamu.”

Pemateri: Ustadz Arifin Ilham

Sumber: republika.co.id

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply