Rohingya, Kenapa Kita Harus Membela Mereka?

Kajian Islam Intensif MTT
Pemateri   : Ustadz DR Muqoddam Cholil
Waktu        : 4 September 2017
Tempat      : Masjid Tarqiyah Taqwa TSO HO Lt. 9

 

Islam masuk ke Negeri Myanmar sejak abad 8 atau 9, sudah lebih dulu dibanding dengan Indonesia. Etnis Rohingya sudah tinggal di Arakan sejak adad ke-7 M. Hal ini merupakan bantahan bagi junta militer yang menyatakan bahwa etnis Rohingya merupakan pendatang yang ditempatkan oleh penjajah Inggris dari Bangladesh. Memang secara fisik, etnis Rohingya memiliki kesamaan fisik dengan orang Bangladesh, dari segi bahasa pun banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab, Parsi, Urdu, dan Bengali. Hal ini menunjukan bahwa Rohningya adalah penduduk asli, bukanlah pendatang.

Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjelajah, pelaut, saudagar, dan tentara. Muslim asli Myanmar disebut Panthi dan muslim China disebut Panthay. Islam berkuasa di Rohingya selama 350 tahun. Apalagi saat itu bersebelahan dengan kerajaan Islam besar, yaitu India yang kita kenal dengan Mongol Islam, hampir seluluh India adalah umat Islam.

Permulaan kekejian terhadap etis Rohingya ini adalah diakibatkan oleh Kafir Harbi yakni kafir yang memerangi. Di mana sifat dari Kafir Harbi ini disebutkan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 217: “mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.”

Kezaliman pemerintah Myanmar ini dengan merampas hak etnis Rohingya, berbeda dengan etnis lain yang berhak mendirikan Negara bagian sendiri. Bahkan wilayah Arakan diserahkan kepada etnis Rakhin yang beragama Buddha, walaupun populasinya kurang dari 10% penduduk Arakan.

Sejak saat itulah hak-hak etnis Rohingya berusaha dihilangkan oleh politisi Buddha Burma. Pemerintah Mynmar tidak mengakui hampir satu juta orang dari etnis Rohingnya sebagai warga Negara, bahkan Presiden Mynmar sendiri, Thein Sein mengusulkan penyerahan etnis Rohingya kepada pengungsian yang dikelola oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Biksu Radikal Myanmar pun, Ashin Wirathu terus menunjukan sikap anti Islam seperti menunjukkan sikapnya yang memusuhi hingga mengusir etnis Rohingya, bahkan mengaku tidak menyukai kitab suci etnis Rohingya yang beragama Islam.

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS. Al Maidah: 32)

Membunuh ini adalah salah satu dosa besar, jika tidak ada alasan yang dibenarkan agama, maka seolah-olah telah membunuh manusia seluruhnya. Inilah yang terjadi pada etnis Rohingya di Myanmar, mereka telah dizalimi dengan sangat nyata. Sebab utama terjadi konflik di sana adalah penjajahan, kejahatan, kezaliman, dan arogansi rezim rasis Myanmar.

Jika satu pemerintah menjajah, yang dijajah pastilah melakukan perlawanan. Begitu pula dengan etnis Rohingya ini yang mengadapan perkumpulan dengan nama Arsa, penyematan rakyat Arakan, semacam organisasi. Arsa inilah yang melakukan perlawanan kepada pos-pos perbatasan pemerintahan, dan akhirnya memunculkan operasi besar-besaran. Teror rezim Myanmar, terjadilah pembantaian terhadap etnis Rohingya yang tidak bersalah. Para wanita dan anak-anak mengungsi ke tempat lain, para pemuda banyak yang ditawan, dan banyak yang dibunuh tanpa belas kasihan. (Redaksi)

Share resume kajian ini secara DIGITAL melalui:
Fan pages FB : Majelis Ta’lim Telkomsel
Twitter: @mttelkomsel
Instagram: mt_telkomsel
Website: www.mtt.or.id

 

 

 

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply