Napak Tilas Perjalanan Hijrah Rasulullah SAW

Pembicara     : Ustadz M. Ali Murtadlo, Lc.
Waktu             : Senin, 25 September 2017
Tempat           : Masjid Tarqiyah Taqwa TSO HO Lt.9

 

Sejarah kalender hijriah adalah diambil dari kisah hijrah Rasulullah. Berawal dari curhatan Abu Musa Al-Ashari, seorang gubernur pada masa kepemimpinan Abu Bakar di mana mengeluhkan surat-surat yang diterimanya dari Madinah ke Basrah dengan jarak yang lumayan jauh sehingga memakan waktu yang lama. Surat tersebut terdapat perintah bertuliskan bulan Sya’ban, tetapi dirisaukan apakah Sya’ban tahun ini atau tahun kemarin.

Maka setelah itu, amirul mukminin mengumpulkan sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah perihal penentuan awal tahun Islam. Ada beberapa hal yang diusulkan untuk dijadikan awal tahun Islam. Pertama adalah dari maulid nabi, tetapi para sahabat keberatan karena maulid nabi menyerupai kaum Nasrani yang memperingati kelahiran Yesus. Kedua adalah dari hari usia nabi saat diangkat menjadi nabi, namun ditolak karena masih ada perbedaan pendapat perihal tanggal tepatnya. Ketiga adalah dari wafatnya nabi, tetapi juga ditolak karena akan membuat kesedihan yang mendalam mengenang wafatnya nabi. Maka disepakati, pendapat mengenai penetapan berdasarkan tahun hijrahnya nabi, dan Muharram sebagai awal bulan.

Rasulullah berangkat hijrah terakhir, fungsinya adalah untuk menjaga keamanan umatnya. Siang hari yang terik, Rasul datang ke rumah Abu Bakar dan menyampaikan bahwa beliau sudah diizinkan untuk hijrah. Bahagianya Abu Bakar bisa menemani Rasulullah hijrah, hingga menangislah ia saat diperbolehkan menemani hijrah. Hikmah yang bisa diambil adalah tawaqal kepada Allah dan sunatullah, itulah yang mesti dilakukan oleh umat penerus Nabi. Sunatullah saat Rasulullah hijrah sudah ditetapkan. Diantaranya, Abdullah bin Uraiqt untuk menunjukan jalan, Ama binti Abu Bakar untuk mengantarkan perbekalan setiap sore, Abdullah bin Abu Baqr untuk memberi informasi keadaan di luar, Amir bin Fuhairoh untuk menggembala kambing agar mengecoh jejak Asma binti Abu Bakar dan untuk menyiapkan susu kepada Rasulullah, Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Rasulullah dan tinggal di Makkah serta untuk mengembalikan titipan Quraish.

Malam harinya, kaum Quraisy sudah merencanakan pembunuhan kepada Rasul saat beliau tidur. Rasulullah membacakan surat Yasin, hingga dapat keluar tanpa dilihat oleh mereka. Dan posisi tidur nabi, sudah digantikan dengan Ali bin Abi Thalib. Mengetahui Rasulullah sudah tidak di rumahnya, dicarilah ke rumah Abu Bakar. Di sana pun hanya ada Asma yang ditampar sampai antingnya lepas karena mengatakan tidak tahu ke mana perginya ayahanda Abu Bakar. Langkah selanjutnya kaum Quraisy adalah memblokade semua jalur keluar Makkah dan pergi mencari Rasulullah. Kekuatan mereka untuk mencari, membawa mereka hampir menemukan Rasulullah di gua. Atas izin Allah, sarang laba-laba pada pintu masuk gua membuat mereka tidak mengira ada yang melewati gua tersebut.

Pencarian akhirnya dilanjutkan dengan sayembara untuk membunuh Rasulullah dengan imbalan 100 ekor unta. Rasulullah bersama Abu Bakar melanjutkan perjalanan ke Madinah. Kemudian Abu Bakar merasa ketakutan karena melihat ada satu orang yang ingin membunuh nabi, namun nabi menenangkan Abu Bakar. Perjalanan terus berlanjut dan kemudian sampailah di Madinah.

Ada dua pelajaran saat Rasulullah sampai di Madinah. Pertama, saat Rasulullah dibenci di Makkah, namun disabut dengan sangat meriah di Madinah. Kedua, orang Makkah dan Madinah itu berbeda jauh. Orang Madinah mengenal Rebana untuk acara penyambutan. Sesampainya Rasulullah, semua orang berharap rumahnya akan ditempati oleh Rasul. Namun, Rasulullah membiarkan untanya yang memilih. Dan atas perintah Allah, unta tersebut berhenti di samping rumah Abu Ayyub al-Anshari , kemudian di sanalah dibangun masjid Nabawi dimana shalat di sana berpahala 1000 kali lipat. Maka membersamai orang-orang sholeh akan dimulaikan Allah, sebagaimana unta tersebut walaupun hanya seekor unta, jika membersamai orang sholeh, maka akan mendapat kemuliaan memilih tempat yang dimulikan yaitu Masjid Nabawi. (Redaksi)

Share resume kajian ini secara DIGITAL melalui:
Fan pages FB : Majelis Ta’lim Telkomsel
Twitter: @mttelkomsel
Instagram: mt_telkomsel
Website: www.mtt.or.id

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply