Menutupi Kekurangan

 
Kajian Islam Intensif MTT
Senin, 11 September 2017
di Masjid Tarqiyah Taqwa TSO
Pembicara: Ustadz. Syahroni Mardani, Lc.

Setiap manuasia memiliki kekurangan dan kelebihan. Semoga kelabihan yang dimiliki bisa menutupi kekurangan diri. Dalam sebuah kutipan dari Imam Syafi’i disebutkan, “apabila dirimu banyak berlumur aib dan kemudian engkau ingin menutupinya, maka tutupilah aibmu dengan kedermawanan karena kedermawanan itu konon katanya dapat menutupi segala aib.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

Dari Abu Hurairah dia berkata, Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Seseorang yang bersungguh-sungguh membantu para janda dan orang-orang miskin, maka pahalanya bagaikan seorang yang berjihad di jalan Allah.” Aku yakin beliau bersabda, “Pahalanya bagaikan seorang yang mendirikan qiyamullail sepanjang malam dan berpuasa sunnah setiap hari.” (Muttafaqun Alaih)

Hadits diatas menyebutkan bahwa pahala berbuat baik adalah mendapat ganjaran yang besar dari Allah SWT berupa pahala seperti berjihad. Begitu pula dengan kekurangan yang kita miliki, dapat kita tutupi dengan kelebihan yang ada diantaranya dengan menjalin hubungan yang baik kepada sesama manusia.

Dari Abu Mas’ud Al Badry RA. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang hamba saat dihisab oleh Allah tak dijumpai kebaikan sedikitpun yang dia lakukan. Namun, orang ini adalah orang yang bergaul dengan manusia dan suka memudahkan urusan (jika ada yang berhutang padanya, ia kerap memberi tempo). Lalu, Allah berfirman, Aku lebih berhak untuk memudahkan urusan daripada dia, maka mudahkanlah urusannya. (HR. Muslim)

Manusia akan dihisab atas hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia. Selain hubungan yang baik dengan manusia, akhlak yang baik pun dapat menutupi kekurangan. Meskipun orang tersebut tidak memiliki banyak amal, namun suka bergaul dan memudahkan urusan orang lain, perilaku tersebut dapat menutupi kekurangan. Jika kita memiliki kelebihan di satu sisi maka tutupilah dengan satu kelebihan. Contoh yang lain adalah tentang awal dan akhir. Jika kurang maksimal pada awalnya, maka sempurnakanlah pada akhirnya. Jika lupa berdoa di awal, maka berdoalah diakhir. Jika kita tidak bisa melakukannya di awal, maka lakukanlah di akhir, jangan sampai tidak sama sekali.

Imam Ibnul Qayyim Al Jauzy berkata, “Sebuah amal itu dilihat akhirnya. Maka, jika kamu tidak bisa memberikan penyambutan yang terbaik, maka berikanlah perpisahan yang mengesankan.”

Sama halnya dengan hubungan kepada orang tua. Jika dahulu kita pernah menyakiti orang tua, maka sekaranglah waktu yang bisa kita pergunakan untuk menutupi kesalahan itu dengan membahagiakan mereka. Jika di waktu lampau pernah membuat mereka menangis, maka kini berusahalah untuk membuat mereka tertawa bahagia. Jika belum sempat berbakti semasa mereka masih hidup, maka sambunglah silaturahim dengan kerabat orang tua dan bersedekahlah atas nama mereka. Selain hubungan dengan orang tua, hubungan suami istri pun pastilah memiliki kekurangan. Maka tutupilah kekurangan yang ada pada masing-masing pribadi dengan kelebihan pada sisi lain. (Redaksi)

 

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply