Jangan Meminta-minta



Rasulullah SAW bersabda, ”Bahwasanya salah seorang di antara kalian mengambil talinya lalu dia datang dengan membawa seikat kayu bakar, lalu dia menjualnya, sehingga Allah memberinya kecukupan dengan itu. Adalah lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka mau memberinya maupun tidak.” (HR. Al-Bukhari) Rasulullah adalah orang yang giat bekerja dan pantang berpangku tangan. Sejak muda, ia dikenal sebagai saudagar yang ulet dan jujur.

Dalam hadis di atas, Rasulullah mengajak umatnya untuk mencari nafkah yang halal dengan cara yang baik, tidak meminta-minta. Mengapa? Karena mengemis adalah perbuatan yang rendah lagi hina. Pekerjaan yang kasar dan rendah dalam pandangan kebanyakan manusia, misalnya mencari kayu bakar di hutan lalu menjualnya, itu lebih baik menurut Rasulullah SAW daripada meminta-minta.

Menurut Al-Khauli dalam Al-Adab An-Nabawi, jika si pengemis itu sebenarnya mampu mencari nafkah namun dia lebih memilih untuk menjadi pengemis, maka dia telah kafir terhadap nikmat Allah. Disebut demikian, karena dia tidak mau mensyukuri nikmat anggota tubuh yang dikaruniakan Allah. Kalau dia bersyukur, seharusnya dia memanfaatkan anggota tubuhnya.

Orang-orang yang berjualan sayuran yang murah harganya, yang mereka panen dari ladang, lalu mereka pikul, mereka itu lebih mulia daripada orang-orang yang lalu lalang di jalanan, siang malam, mengemis kepada manusia, padahal mayoritas mereka sebenarnya mampu bekerja mencari nafkah dengan baik.

Sayangnya, kini banyak orang lebih suka mengemis daripada bekerja. Kesukaan meminta-minta ini merajalela di negeri kita. Tanpa sadar mereka telah mengingkari nikmat Allah yang dianugerahkan kepada mereka baik berupa badan yang kuat, akal dan kecerdasan, serta kemampuan berproduksi.

Padahal, Rasulullah sangat tegas dalam soal ini. ”Tangan yang di atas (pemberi) itu lebih baik daripada tangan yang ada di bawah (peminta-minta).” Demikian sabdanya seperti dituturkan banyak perawi hadis. Apabila masing-masing dari kita mau bekerja dengan baik, berproduksi secara optimal dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, maka kebaikan dan kesejahteraan akan menjadi buahnya. Kita akan tegar menghadapi berbagai krisis dan teguh dalam menghadapi bencana. Tatkala problem datang menerpa, kita akan berpikir keras untuk mengatasinya, bukan mengemis belas kasihan orang lain untuk membantu kita.

Sumber: republika.co.id

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply