1000 Mualaf Suku Dayak Ikuti Khitanan Massal

KUTAI— Geliat dakwah di bumi Borneo tengah berkembang pesat. Seiring banyaknya warga Kalimantan khusunya suku Dayak yang memeluk agama islam, hal ini juga berimbas pada banyaknya warga yang ingin dikhitan. Untuk itu, Majelis Ta’lim Telkomsel (MTT) Regional Kalimantan bersama Lembaga Management Infaq (LMI), Mualaf Center Indonesia (MCI), Bank Kaltim, BDI Total, Badan Wakaf Alqur’an (BWA), Kitabisa.com, Pemda Kalimantan, perusahaan swasta, lembaga kemanusiaan lokal maupun nasional, beserta donatur perorangan bahu membahu menggelar khitanan massal untuk 1000 muallaf di Pondok pesantren Assalam Arya Kemuning, Kecamatan Barong Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur selama dua hari sejak 25–26 Maret 2017.

Menjelang sore, Sebanyak 600 peserta khitanan massal dari  Kampung Bongan dan Kruing Makmur mulai memadati kawasan Pesantren Assalam usai menempuh perjalanan darat dan kapal menyusuri sungai Mahakam selama 6 jam untuk mengikuti khitanan massal di hari pertama.  Keeseokan harinya, khitanan massal diikuti sebanyak 412 peserta.

Demi kelancaran acara, peserta khitan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan usia anak-anak, remaja dan dewasa. Peserta termuda berusia 3,5 tahun dan dewasa 74 tahun. Sebanyak 1012 peserta yang berasal dari 155 desa dari 16 kecamatan di Kabupaten Kutai Barat, 60 peserta khitan diantaranya merupakan non muslim yang didominasi remaja dan dewasa. Keikutsertaan mereka dengan dalih demi  kesehatan sekaligus perintah agama. Bahkan, Ketua Dewan Saksi Gereja Katolik dari Muara Jawa, Saprudin dari Muara Jawa turut mengikuti khitanan tersebut.

“Khitan ini adalah panggilan agama, untuk Muslim maupun non Muslim. Saya berharap teman-teman yang non Muslim untuk ikut acara sunatan massal seperti ini,” ujar Praedi John (44), non Muslim yang menjadi salah satu peserta khitan massal dari Kampung Dasaq, Kecamatan Muara Pahu, seperi dimuat laman kitabisa, akhir pekan lalu.

Sebanyak 35 dokter dibantu paramedis dari rumah sakit dan puskesmas di Kutai Barat yang dikomandoi dr.Waluyo turut diterjunkan untuk kelancaran acara ini. tak tanggung-tangung seluruh biaya khitan dan transportasi ditanggung oleh panitia. Bahkan mereka mendapatkan bingkisan alat shalat berupa sarung, baju koko, peci dan Al-Qur’an.

Turut hadir dalam acara ini, Pengasuh dan Ketua Ponpes Assalam, Arief Heri Setiawan,  Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Indonesia (FKUBI) Provinsi DKI Jakarta, Echa Abdullah, Kadis Dinkes Kutai Barat, Aliman, Ketua LMI, Heru Agung dan Ustadz Suhartono dari Jogyakarta turut memberikan tausiyah pada acara ini.

“Banyak di antara mualaf belum paham tentang tata cara bersuci dan Adab sesuai syariat Islam,  salah satunya adalah tentang Khitan. Memang khitan ini bukan hanya untuk mualaf asli suku Dayak, tapi untuk mereka juga yang beragama lain,” ujar Arief.

Sementara itu, Hatta mengaku di usianya yang ke 44 tahun baru mengenal Islam dan kewajiban sunat bagi seorang muslim. Masalah kemiskinan dan tidak adanya puskesmas di kampung membuat mereka yang ingin dikhitan harus menempuh jarak ratusan kilometer dengan medan yang berat.
“Saya kemarin syahadat di umur 44 tahun, dan baru tahu kalau berdaraskan agama Islam, seorang muslim harus disunat,” kata Hatta, petani asli suku Dayak kampung Gemuruh. (Redaksi)

 

 

 

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply