Panduan Al Quran dalam Mendidik Anak

Diantara doa’ yang sangat familiar dengan kita sehari-hari dan yang selalu kita kumandangkan ditempat-tempat dan waktu yang mustajab adalah doa yang terdapat dalam surat Al-Furqan ((“Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” Al-Furqan:74)) yaitu yang merupakan firman Allah SWT. Kita selalu berdo’a agar kita diberikan nikamt oleh Allah SWT berupa ketenangan hati, baik ketenangan dunia maupun akhirat. Lantas, bagaimana anak-anak kita agar bisa menjadi penyenang hati? Lantaran hal tersebut tidak hanya sebagai wacana atau pendekatan normatif semata, namun betul-betul menjadi kenyatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka pertanyaan tersebut akan terjawab dalam kajian berikut yang bertemakan tentang “Panduan Al Quran dalam Mendidik Anak”

Tema kajian ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Tujuan/Visi-Misi dari pendidikan

Dengan mengetahui tujuan maka kita bisa mengarahkan pendidikan anak akan menuju kemana. Tujuan pendidikan yang terdapat pada Al Quran dan As sunnah dalam islam, yaitu :

  1. Aqidah yang benar ((Aqidah itu sendiri merupakan terminologi yang baru. Aqidah dapat diartikan juga dengan iman. Pada jaman Rasul belum dikenal istilah aqidah. Istilah Aqidah baru muncul di abad 2H )). Anak kita jangan sampai sedikit-pun terkena noda-noda syirik. Karena jika sudah terkena syirik, maka tidak ada keamanan dalam kehidupan ini. Tidak ada keamanan dalam ekonomi, tidak ada keamanan dalam politik, tidak ada keamanan dalam rumah tangga dan lain sebagainya. Makanya dalam Surat Al An’am ayat 82 ((“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Al An’am:82)), Allah SWT dengan tegas dalam firmannya bahwasannya orang yang beriman dengan aqidah yang benar akan dipastikan aman dan pasti mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Oleh karena jika sebuah negeri yang keimanannya sudah mulai kotor dan rusak maka bisa dipastikan negeri tersebut tidak aman. Seperti halnya pada kasus Tanjung Priok, dimana jika aqidah sudah mulai rusak maka terjadi kerusakan pada dimensi kehidupan yang lain. Oleh karena-nya dalam mendidik anak, sebelum anak tersebut di-didik pelajaran matematika, kimia, biologi dsb maka yang pertama dan utama adalah menanamkan aqidah yang benar pada anak kita.
  2. Ibadah yang benar ((Lebih detail syarat ibadah yang benar bisa dibaca disini)). Ibadah yang benar diukur dari 2 hal, yaitu mengikuti Rasulullah saw dan ikhlas karena allah SWT. Rumah tangga dalam islam merupakan ibadah, sholat-nya orang islam adalah ibadah, termasuk pengajian juga sebagai ibadah. Jangan sampai anak kita sejak kecil ketika melihat rumah tangga, anak kita melihat lingkungan rumah tangga yang tidak islami. Oleh karena-nya anak kita harus di-didik dengan ibadah yang benar. Sehingga jika nantinya anak kita sudah besar dan ditakdirkan sebagai pemimpin, politikus maka anak kita akan berpolitik dengan benar dan tidak menghalalkan segala cara. Dalam hal mendidik anak tentang ibadah yang benar harus dimulai sejak kecil dan membenarkan/diluruskan jikalau anak kita salah dalam melakukan ibadah.
  3. Akhlak yang mulia/kokoh ((Sifat dan akhlak rasulullah saw bisa dibaca disini)). Dalam hadist riwayat Imam Malik dalam kitab-nya menyebutkan bahwa seolah-olah inti ajaran islam adalah tentang akhlak yang mulia. Kenapa inti misi islam adalah akhlak? Karena seluruh dimensi kehidupan kita tidak bisa terlepas dari akhlak, termasuk dalam hal beribadah. Maka kita harus menjadi umat yang Qurani, sehingga jika akhlak kita dipandang oleh dunia akan menjadi daya tarik untuk masuk islam. Akhlak ukuran-nya berdasarkan Al Quran dan As Sunnah bukan berdasarkan tradisi. Perlu dibedakan antara akhlak dengan moral. Akhlak bernilai tetap ditentukan oleh Allah SWT sedangkan moral akan berbeda-beda tergantung di lingkungan masyarakat dan bisa berubah-ubah.
  4. Memiliki kecerdaasan dan wawasan berfikir yang benar, sehingga anak kita tidak mudah ditipu, tidak mudah dibodohi oleh orang lain. Agar juga bisa membedakan mana ajaran islam yang benar dan mana ajaran islam yang sudah dicampur dengan ajaran-ajaran yang lain. Makanya ayat al Quran yang pertama turun adalah Ikro’ ((“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,” Al-Alaq:1)). Karena membaca adalah pintu ilmu pengetahuan, pintu kecerdasan. Ketika para ulama ditanya oleh masyarakat tentang apa yang harus diajarkan kepada anak kali pertama sebelum diajarkan yang lain? maka para ulama berbeda jawaban yang bersifat variatif, namun pada ujung-ujung-nya sama. Yaitu ulama yang satu menjawab pendidikan yang pertama adalah ajari anak Al Al Quran. Sedangkan ulama yang lain menjawab bahwa pelajaran yang pertama buat anak adalah mempelajari bahasa arab. Ternyata jawab ulama tersebut pada intinya adalah sama saja, yaitu mempelajari Al Quran.
  5. Anak memiliki fisik yang kuat. Demikian halnya pada sebuah hadist riwayat Muslim Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan masing-masing mempunyai kebaikan….”
  6. Harus mampu untuk bekerja, sehingga bisa memiliki kemandirian. Jangan sampai memanjakan anak dan tidak melatih anak untuk giat bekerja
  7. Bisa menjaga waktu. Terdapat fenomena yang membahayakan dalam kehidupan anak-anak kita, waktunya terbunuhnya untuk sesuatu yang tidak ada gunanya baik perbuatan, sikap maupun ucapan, yakni berjam-jam didepan TV, berlama-lama ngobrol dll. Oleh karena-nya anak-anak kita harus bisa mengatur waktu. Semetara anak kita nantinya memiliki kewajiban yang besar, kewajiban mencari nafkah, kewajiban berdakwah, kewajiban menghafal Al Quran, kewajiban membantu saudaranya, kewajiban silaturahim, kewajiban membangun ekonomi dll.
  8. Rapi-Terorganisir segala urusan-nya. Dalam berpakaian rapi, anak mentata kamar dengan rapi dll. Dan hal tersebut harus dimulai dari awal oleh orang tuanya.
  9. Bersungguh-sungguh. Jika seorang anak bersungguh-sungguh belajar, bersungguh-sungguh mengaji maka kesungguhan anak tersebut pertama-tama adalah untuk dirinya, baru kemudian berguna untuk orang lain. Jangan samapai apa yang dikerjakan oleh anak kita dilakukan disisa-sisa waktunya semata.
  10. Bermanfaat. Setelah semua tujuan pendidikan dari point 1 sampai 9 diatas dilakukan oleh anak kita, maka insy. anak kita akan bermanfaat bagi sesama/yang lain. Rasulullah SAW bersabda “Khairunnas anfa’uhum linnas” “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak mamfaat bagi orang lain.”

Sarana Pendidikan

Kemudian apa saja sarana buat anak-anak kita agar dapat menjadi anak yang diharapakan sesuai dengan 10 point tujuan diatas. Diantaranya adalah :

  1. Rumah. Point utama dalam sarana yang baik untuk anak bukanlah sekolahan, karena pada dasarnya sekolah, guru hanya sekedar membantu orang tua dalam mendidik anak. Sedangkan sekolah/institusi pendidikan yang sebenarnya adalah rumah. Sehingga jika anak berada di sekolah atau pesantren jangan sepenuhnya menyerahkan anak kepada institusi sekolah, karena peranan sekolah hanya membantu bukannya mengganti. Dimana peranan orang tua yang paling dominan adalah ibunya.
  2. Masjid. Karena di masjid lah legitimasi keimanan kita akan terbukti. Nabi SAW bersabda : “Jika kamu melihat seseorang membiasakan diri ke masjid saksikan iman dia benar”. Sehingga kebenaran iman anak kita dimulai dari masjid.
  3. Madrasah/Sekolahan. Sekolah hendaknya memiliki tujuan pendidikan seperti halnya 10 point diatas.
  4. Organisasi. Anak kita harus dibiasakan untuk ber-organisasi, baik di tinggat SMP, SMU maupun kuliah.
    • Tarbiah. Pada dasarnya lingkungan anak adalah berjamaah atau bermasyarakat. Sehingga harus diarahkan
    • Organisasi di sekolah (OSIS, PKS, PMR dll). Anak harus aktif berorganisasi, dan jangan hanya belajar saja. Karena anak hendaknya disiapkan untuk menjadi seorang pemimpin.
    • Masyarakat. Anak aktif di organisasi karang-taruna
    • Klub-klub. (sepakbola, musik dll)

Semua sarana diatas sudah terdapat dalam lingkungan masyarakat kita. Tinggal peranan orang tua yang mengarahkan agar anak kita bisa menjadi anak yang sesuai dengan tujuan mendidik anak (10 point diatas). Karena secerdas apa-pun anak kita, masih memerlukan dampingan/arahan orang tua.

[spoiler effect=”slide” show=”Tanya Jawab” hide=”Tutup – Tanya Jawab”]
T : Suami mempunyai tugas utama untuk menafkahi keluarga, sedangkan istri mempunyai tugas mendidik anak. Bagaiman jika antara suami dengan istri sama-sama bekerja ?
J : Pada prinsip-nya pembagian tugas antara suami dengan istri sudahlah jelas. Tugas suami adalah bekerja untuk menafkahi keluarga, sedangkan peranan istri adalah mendidik anak. Kewajiban seorang istri adalah menjadi guru bagi anak-anak nya, dan hal tersebut lebih mahal bila dibandingkan dengan gaji yang diterima oleh istri yang bekerja. Karena anak tidak bisa dihargai dengan materi. Tetapi jika istri sudah melaksanakan kewajiban mendidik anak dan masih memiliki sisa waktu, maka diperbolehkan untuk menambah amalan/pahala dengan bekerja. Namun jika istri masih dirasa kurang dalam melakukan kewajiban-nya maka hendaknya sang istri lebih memprioritaskan untuk medidik anak. Demikian adalah pendapat dari kebanyakan para ulama.
[/spoiler]

Sumber: http://kajiankantor.com

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Related posts

Leave a Reply