Menikmati Makanan Tanpa Mencela

[dropcap]M[/dropcap]akan adalah salah satu kebutuhan harian utama, apalagi jika makanan yang dihidangkan terasa lezat. Namun bagaimana Islam mengatur jika seseorang merasakan ketidak-lezatan makanan yang sedang ia santap? nah kali ini kita coba bahas mengenai menikmati makanan, yang diperoleh dari berbagai sumber (Red).

Jika seseorang merasakan ketidak-lezatan makanan yang sedang ia santap hendaklah ia berdiam tanpa celaan terhadap makanan tersebut. Jika ia suka, hendaklah ia menyantap dan memakannya sampai habis. Namun jika ia tidak menyukainya, maka hendaklah ia meninggalkannya, yakni tidak memakannya. Hal ini sebagaimana di dalam hadits shahih berikut:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata:

“Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Jika beliau mau, beliau makan, dan jika tidak suka, beliau meninggalkannya.” (HR. al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud)

Mensyukuri nikmat makanan tanpa mencela

Mensyukuri nikmat makanan tanpa mencela

Semua makanan yang mubah (dibolehkan untuk dimakan), Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mencelanya. Disini terdapat keagungan akhlak dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau senantiasa menjaga perasaan para pembuat makanan dan juru masaknya. Beliau tidak mencela hasil karya mereka, tidak mengoyak perasaan mereka dan mematahkah hati mereka. Terdapat penjelasan akan adab yang baik, karena seseorang itu terkadang tidak berhasrat kepada suatu makanan tetapi berminat kepada makanan yang lainnya. Maksudnya adalah jika seseorang memakan suatu makanan, lalu ia merasakan makanan tersebut tidak enak, maka janganlah ia berkata yang buruk akan makanan tersebut. Jangan pula ia mencela, mengejek dan mengolok-oloknya, apalagi sampai mengucapkan, ‘Makanan apa ini? Rasanya tidak enak sekali!’. Atau mengatakan, ‘Aduh makanannya asin banget’, atau ‘Hambar sekali’, dan sejenisnya. Atau jika dihidangkan kurma kepada seseorang, namun kondisi kurma itu kurang baik maka janganlah ia mengatakan, ‘Ini kurma yang jelek’. Maka jika ia berselera, silahkanlah ia memakannya. Tetapi jika tidak, tinggalkanlah kurma tersebut tanpa mencela dan mengejeknya.

Dan dalam hadits yang lain, apabila makanan tersebut terasa lezat dan nikmat, maka dianjurkan baginya untuk memuji makanan tersebut ketika sedang menikmatinya.

Dari Jabir bin Abdillah radliyallahu anhu berkata,

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam pernah meminta lauk daripada para isterinya. Maka para isterinya berkata, “Tiada apa di sisi kami kecuali khall (cuka).” Maka beliau pun meminta dibawakan cuka tersebut lalu beliau pun makan berlauk dengannya. Dan beliau mengatakan, “Lauk yang paling nikmat (enak) adalah cuka, lauk yang paling nikmat adalah cuka.” (HR. Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimiy, Ahmad)

Tetapi apabila ditanya kenapa kita tidak makan makanan tertentu, maka dibolehkan menyatakan alasannya dengan baik tanpa memburuk-burukkan makanan tersebut. Ini sebagaimana hadits dari Khalid bin al-Walid, di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam enggan makan makanan berupa daging Dhabb (biawak padang pasir). Apabila beliau ditanya tentang dhabb apakah haram dimakan, maka Rasulullah mengatakan.

“Dhabb tersebut tidak terdapat di kampung halamanku (bukan makanan kebiasaan bagi masyarakatnya), jadi aku rasa tidak biasa dengannya (atau tidak selera terhadapnya).” (HR. al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, al-Baihaqiy, asy-Syafi’iy).

Ini juga termasuk dari petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa jika beliau  menyukai suatu makanan, maka beliau akan memujinya. Dan seperti itu pula seandainya engkau menyanjung (kelezatan rasa) roti yaitu engkau mengatakan, ‘Roti yang paling nikmat adalah roti si Fulan atau yang semisalnya’. Maka ini juga jelas termasuk dari sunnah Rasul Shallallahu alaihi wa sallam. Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply