Galau dengan Nepotisme

Assalamu’alaikum Ustadz ,

Mohon maaf sebelumnya karena sudah memberanikan diri untuk berkonsultasi. semoga menjadi bagian amal shaleh.
Saya ini seorang PNS, sudah 5 bulan saya bekerja di sebuah departemen di bandung. yang jadi masalah selama ini saya selalu tidak tenang dalam bekerja, selalu merasa was-was apakah gaji saya halal atau tidak. karena proses masuknya saya PNS itu karena ada saudara di dalam departemen itu. jadi intinya saya telah melakukan nepotisme. awalnya saya menolak tetapi karena mungkin saat saya telah kalah dengan bisikan syethan dan juga pengaruh keluarga, jadi saya terima tawaran itu. walaupun sebenarnya hati menolak, tanpa ada uang sogok murni karena ada saudara di departemen yg berada di pusat. Akhirnya saya pun masuk meski dengan perasaan penuh dosa. yang saya tanyakan mungkin mas amri tahu mengenai hukum gaji yang saya terima apakah halal atau haram? atau mungkin ustadz bisa merekomendasikan kemana saya harus bertanya mengenai hal ini, apakah ada emailnya.

Setelah berjalan 5 bulan ini saya masih terus memikirkan tentang kesalahan kesalahan saya ini, meski saya berusaha untuk memperbaiki diri lebih dekat kepada Allah dan mohon Ampunannya, tetapi jiwa ini selalu diliputi perasaan bersalah. apa yang harus saya perbuat ketika saya terus di bayangi oleh dosa-dosa saya, padahal saya juga tidak bisa serta merta keluar dari pekerjaan ini (PNS) karena pasti keluarga besar akan kecewa.

Selanjutnya, disamping goncangnya pikiran karena bayang-bayang tersebut saya pun merasa kecewa dengan sistem kerja PNS ini, yang kadang ada pekerjaan kadang nggak, cenderung santai, dan TUPOKSI nya ga terlalu jelas dan ada beberapa hal yang kadang tidak sesuai dengan hati nurani, sehingga berpikir bahwa saya ini hanyalah pengangguran terselubung dan ikhtilat dengan ghair muhrim bercampur baur dengan laki2 bukan muhrim.

Bagaimanakah saya harus bersikap dengan sistem kerja seperti ini, mungkin saya ingin mengubah sistem menjadi lebih baik, tapi sbg org baru tentu kita hanya bisa diam, karena itulah selemah-lemah iman, dan saya pun harus kritis untuk tidak terpengaruh oleh lingkungan budaya kerja disini. Salahnya mungkin saya sebelumnya tidak mengetahui bahwa begitulah ritme kerja PNS di kantor. Meski mungkin ada yang baik. Jadi di point ini intinya saya ngerasa ga berkembang kalo kerja seperti ini terus, gaji mengalir, tapi apa yg telah saya perbuat. saya merasa kesalahan saya berlipat ganda…saya telah mendzalimi peserta CPNS yg dulu sama2 tes..dan sekarang saya kerja nyantai….sangatlah sedih buat saya. dan saya bener2 kalut.

Meski ada rencana untuk pindah ke guru karena kebetulan saya dari pendidikan, tapi itu juga nunggu 5 th dulu, karena sebenarnya saya sangat senang dengan dunia mengajar, mendidik anak2, karena ritme kerjanya jelas dan dinamis menurut saya. lebih jauhnya saya pun kalau nanti menikah dan punya anak bisa mengurus suami dan anak lebih leluasa.

dengan semua akumulasi pikiran saya tersebut sampai sekarang saya selalu punya perasaan ingin sekali mengundurkan diri jadi PNS ini? dan saya jadi bingung apakah saya termasuk orang yang ga bersyukur karena org2 pada ingin PNS tapi saya mudah sekali, saya jadi bingung apakah ini memang takdir-Nya atau bagaimana..?

Ustadz yang Allah berkahi, sebaiknya dengan segala yg terjadi dalam Mind Set saya tersebut saya ini harus bersikap dan berpikir bagaimana, benarkah saya harus keluar saja, dari pada dibayang-bayangi oleh dosa nepotisme yg saya lakukan?dan kalaulah pada akhirnya ini karunia dari Allah bagaimana saya harus mewujudkan rasa syukur tersebut, sedangkan saya masuknya dengan cara yang tidak terpuji?….saya sangat serius dengan masalah ini….saya harap Ustadz bisa memberikan tanggapan dan jawaban atas masalah saya ini.Ustadz saya pun pernah mendengar sebuah hadist yang menyatakan apabila kita telah mengambil hak orang lain (dalam hal ini kasus saya yang mungkin ada orang lain yang lebih berhak), maka semua ibadahnya itu tidak akan diterima, dia akan masuk neraka. maka saya semakin galau dengan semua ini, rasanya saya ingin keluar mengundurkan diri, tapi saya juga tau saya belum bisa berani ambil keputusan itu karena pihak keluarga pazti kecewa…bagaimanakah usatdz dengan hukum gaji yang selama ini saya terima ini, dan hukum ibadah saya selama ini, harsukah saya ambil keputusan untuk mengundurkan diri atau saya harus yakin bahwa meski prosesnya salah tapi ini sudah kehendak Allah dan saya harus melakukan yang terbaik, dan mencoba melupakan dosa nepotisme tersebut?

Saya ucapkan terima kasih banyak Jazakumullah Khairan Kastiran. Semoga Allah memudahkan langkah ini dan memberi petunjuk pada jalan yang Allah ridhoi.

Wassalamu’alaikum.

Jawaban :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Nepotisme memang menjadi masalah besar di negeri kita tercinta ini. Penyakit ini dan juga dua temannya si Korupsi dan si Kolusi adalah musuh besar yang sedang berusaha diberantas dan dibasmi oleh para pahlawan yang entah siapa saja mereka. Pernyataan yang diuangkapkan sejara jujur oleh saudara penanya, adalah bukti bahwa di sekitar kita masih berkeliaran penyakit-penyakit yang kalau tidak segera dicarikan obatnya akan menjalar dan kondisinya semakin akut sehingga semakin susah untuk dioabati. Namun kami yakin, orang-orang mulia yang berhati suci masih banyak dan bisa kita temukan. Dan mereka yang melakukan tindakan-tindakan tak terpuji itu kami yakin dalam hatinya juga ada rasa-rasa resah yang tidak akan bisa terobati kecuali dengan taubat nasuha.

Sebenarnya, bagaimana pandangan syariah terhadap hukum nepotisme ini?

Untuk menghukuminya, kita perlu tahu definisinya terlebih dahulu. Menurut kamus Wikipedia, nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya.

Ternyata istilah ini muncul karena adanya kasus-kasus nepotisme yang kerap terjadi oleh tokoh-tokoh gereja. Konon diabad pertengahan, ada beberapa paus katholik dan uskup yang biasanya tidak mempunyai anak kandung karena telah mengambil sumpah “Chastity”, memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti anaknya sendiri. Dan keponakan dalam bahasa yunani disebut Nepos, meski bisa diartikan juga sebgai cucu. Dari kata inilah muncul istilah Nepotisme.

Berdasarkan definisi diatas, nepotisme bisa dikategorikan sebagai tindakan kedzaliman. Sedangkan memilih saudara atau teman akrab karena kemampuannya bukanlah termasuk nepotisme.

Ustadz Ahmad Sarwat,Lc

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

1 comments

subhanallah pertanyaan mbak telah membuka hati sy 🙂 makasih ya mbak, sy seorg honorer yg insyaallah akan melaks tes penerimaan CPNS, sy tdk akn meminta sponsorship siapapun, cukuplah Allah sbg penolong, sy tdk takut ga2l sesungguhx Allah yg Maha Mengetahui kpn sy siap diangkat jd PNS ato bahkan tdk sama skali, sy serahkan dan percaya pd Allah yg tdk prnh membuat kesalahan 🙂

Leave a Reply