Berdakwah di Era Digital Lewat Youth Spirit

Jakarta – Lingkungan pergaulan yang salah bisa membawa anak-anak muda terjerumus ke hal negatif. Sadar akan hal itu, Ustadz Erick Yusuf mengajak anak-anak muda untuk ikut workshop Youth Spirit. Cara dakwah inovatif di era digital.

“Saya ingin semangat-semangat muda ini punya wadah untuk menyalurkan kreativitas mereka dan menyalurkan bakat. Makanya saya bentuk iHAQi,” kata Ustaz Erick saat berbincang dengan detikcom, Jumat (27/5/2016).

“Awalnya itu karena saya ingin anak-anak muda itu dapat tempat yang baik gitu di media. Jangan cuma berita negatif saja tentang anak muda yang diekspose, tapi yang positifnya dong,” lanjutnya.

Didirikan tahun 2016, iHAQi sudah membuat acara Youth Spirit sebanyak tiga kali. Acara-acaranya kerap dimeriahkan oleh sejumlah artis masa kini, sehingga menyedot banyak anak muda untuk berpartisipasi.

“Setiap event itu saya usahakan undang artis supaya menarik anak-anak muda dan mereka jadi termotivasi untuk berkembang,” kata Ustaz Erick.

Jika event-event sebelumnya bertema pengajian, namun event ketiga pada bulan Mei lalu sedikit berbeda. Ustaz Erick membuat workshop bertemakan Digital Media dengan mengundang 3 orang pembicara muda yang kreatif.
Ustaz Erick berpeci putih (Foto: Ananda Muthia Putri/detikcom)

Mereka yang menjadi pembicara adalah founder sekaligus CEO HYCOM Communication, Habibie Yukezain, Creative Content Manager HYCOM Communication, Iqbalizm dan aktor muda Masaji Wijayanto. Tiga hal yang fokus dibahas adalah tentang website, media sosial dan konten.

Habibie Yukezain dalam pemaparannya menjelaskan tentang peran penting media digital. Selain memudahkan orang mendapat informasi, media digital dapat digunakan untuk melakukan berbagai aktifitas yang berdampak positif.

“Namun sayangnya, Indonesia yang memiliki 88 juta pengguna internet memiliki kelemahan dalam menciptakan produk digital. Seperti misalnya social media. Hal ini disebabkan karena socmed yang dibuat oleh orang Indonesia memiliki tingkat eksklusifitas yang tinggi, yang artinya hanya berfokus pada satu komunitas atau paguyuban tertentu.”, jelas Habibie.
Habibie Yukezain (Foto: Ananda Muthia Putri/detikcom)

Pembicara berikutnya, Iqbalizm menjelaskan lebih spesifik tentang bagaimana cara membuat digital konten. Iqbal mengajak para peserta untuk berdakwah melalui meme (mim).

“Membuat meme berdakwah dapat mendatangkan pasif income berupa pahala,” tukas Iqbal.

Saat membuat konten, lanjut Iqbal, harus dipikirkan apakah konten tersebut layak disebar ke orang lain atau tidak. Iqbal juga mengajak memanfaatkan smartphone untuk hal-hal yang positif.
Iqbalizm (Foto: Ananda Muthia Putri/detikcom)

Sementara itu Masaji Wijayanto mengajak para generasi muda membuat film bertema religi Islami. Tidak hanya filmnya saja yang Islami, tapi semua pemeran hingga setiap kru diharapkan juga mencerminkan perilaku Islami,

“Pada saat di lokasi, banyak kru yang malah tidak salat. Padahal sedang memproduksi film religi,” ungkap pemeran Yudi di film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ ini.
Masaji Wijayanto/ tengah kaos garis-garis (Foto: Ananda Muthia Putri/detikcom)

sumber : detik.com

About adminmtt

Majelis Telkomsel Taqwa adalah organisasi yang berasaskan Islam dan mewujudkan insan Telkomsel yang bertakwa, amanah, profesional, berakhlaq mulia serta mampu menyebarkan karakter tersebut baik di lingkungan Telkomsel maupun di lingkungan lainnya yang lebih luas

Leave a Reply